perempuan-dalam-traveling

Perempuan dan Dunia Traveling: Sebuah Refleksi Dalam Perjalanan

Perempuan dan traveling… dua suku kata yang mungkin masih sedikit di kombinasikan dan diperbicarakan. Sebuah topik yang menurutku menarik dan masih belum banyak didalami secara menyeluruh. Jujur saja aku juga tidak pernah berpikir sampai kesana. (“Yaudah, jalan ya jalan saja, ngga usah lebay untuk berpikir dalam-dalam” pikirku). Ah, the beauty of blogging, sekarang aku bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan hehe…

Blogpost kali ini (seperti biasa) akan ngalor-ngidul karena ini merupakan bahasan dan pertanyaan yang aku jumpai dalam perjalananku. Disini, aku akan membahasan yang masih sering dianggap sedikit kik-kuk (termasuk diriku sendiri) untuk diperbicarakan seputar perempuan dan dunia traveling di Indonesia.

Paradox Perempuan dan Zona Nyaman

Pernah tidak sih kepikiran tentang dunia traveling sebagai the unknown world” dimana kita tidak bisa menerka apa yang akan terjadi di luar sana? Pertanyaan yang pastinya di tanyakan pertama kali dan menjadi sebuah pertanda ketika kita ingin keluar dari zona nyaman. 

Aku baru menyadari bahwa ketakutan itu adalah hal yang wajar untuk kita rasakan (ya karena kita memang manusia haha). Sewaktu ingin traveling ke tempat-tempat baru, pasti bawaanya takut dan deg-deganRasa takut itu merupakan instinct manusia ketika merasa tidak nyaman dengan hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya.

Sebelum aku menyukai traveling seperti sekarang ini, aku sangat suka dengan zona nyaman dan senang dalam buble introvertku. Sampai aku di bangku perkuliahan, akupun masih menyukai zona itu. “Rumah-Kuliah-PP on repeat. Nah, setelah beberapa lama, kebosanan akan zona nyaman mulai tumbuh (mungkin karena strees dengan tugas kuliah kali ya haha), aku memulai untuk memberanikan diri untuk sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman (prosesnya memang agak lama dan tidak instant). Tapi kalau sudah mulai mencoba mungkin akan jadi ketagihan hehe…

Tahun 2017: Pertama kalinya aku mencoba untuk traveling sendiri ke Filipina

Kalau dipikir-pikir, aku sendiri dulu awalnya juga tidak ngeh dengan judul sub-bab ini juga 😂 “Paradox Perempuan di Zona Nyaman” (aneh memang)… Mungkin karena aku tumbuh di budaya Jawa  dan terbiasa untuk mencari zona nyaman dan netep disana, plus aku tidak pernah diajarkan tentang isu seputar “Traveling” oleh orang tuaku. Menjadi seorang travel blogger pun tidak pernah terpikirkan sebelumnya haha… 

P.S. Sebagai bukti kalau aku juga masih struggling dengan hal ini..  kedua orang tuaku belum mengetahui kalau aku mempunyai website travel blogging begitu pula isi perjalanannya disini 🤭. Aku juga masih deg-degan kalau mau bilang ke mereka kalau suka traveling dan ingin menjadi travel blogger, karena mereka masih djawa kenthal~ Apalagi aku adalah anak perempuan pertama yang terkadang masih diberikan ekspektasi yang… ya begitulah haha (orang jawa mana suaranya?? 😝 ). Yang pasti aku akan bilang ke mereka, tapi nunggu momennya dulu haha…

Tapi jangan berfikir kalau aku disini akan akan menyalahkan budaya ataupun orang tua. Aku menyadari bahwa orang tua kita juga mempunyai pengalaman hidup dan kekhawatiran yang mereka miliki. Sama dengan budaya, yang memang terbentuk dari filosofi dan pelajaran kehidupan dari suatu daerah… Jadi memang kembali ke diri kita sendiri-sendiri untuk bagaimana meresponnya. 

Nah, jadi inilah yang mungkin masih banyak terjadi yang membuat para perempuan dan masyarakat di Indonesia masih berfikir kalau perempuan yang suka traveling terlebih lagi solo traveling sebagai hal yang wild / “liar”. (Lol… dulu aku pernah dijuluki sebagai perempuan liar sama cowok yang pernah aku suka 😂 padahal kalau dipikir-pikir aku hanya perempuan yang suka traveling haha).

Traveling Is a Form of Self-care

Kesibukan akan rutinitas pasti akan pasti akan gampang membuat kita terjebak roda auto-pilot. Bahaya dari auto-pilot kaya gini ni…Sebulan, dua bulan, tiga bulan, tiba-tiba sudah setahun berlalu.. lah bulan-bulan yang lainnya kemana??

Sunset dipulau terpencil, Pulau Zambales

Salah satu cara agar kita tidak terjebak dan stress, kita bisa melakukan aktivitas traveling. Dengan traveling, kita akan mempunyai kegiatan untuk menyela rutinitas dari pekerjaan sehari-hari.  Pentingnya traveling untuk me-refresh pikiran kita masih sering dihiraukan, terutama di kalangan perempuan.. karena memang notabennya kita sebagai perempuan sering dikaitkan dengan “Traveler Rempong” jadi untuk traveling akan malas (seperti aku dulu yang juga malas banget untuk traveling dan berfikir kalau traveling itu hanya menghabiskan waktu saja haha). Tetapi sebaliknya Traveling itu justru membuat kita mengerti tentang arti dari self-care untuk menjaga kesehatan mental.

 ⭆ Baca Juga: Traveling Murah Ala Backpacker Guide ⭅

Setelah mulai menyukai traveling dan seiring dengan kesibukan yang semakin banyak, aku selalu berusaha menyempatkan diri dan meluangkan waktu untuk traveling. Dan kadang, kita sebagai perempuan masih merasa takut untuk traveling apalagi sendirian. Nah bisa dimulai dengan traveling bareng temen-temen dulu, tapi kalau mungkin tidak ada teman yang bisa diajak, kalian bisa menggunakan opsi traveling solo.

Mempelajari Dunia Luar Bersamaan Dengan Mempelajari Diri Sendiri

Travel opens your eyes. It changes the way that you see the world as well as the way that you look at yourself.”

Quote diatas memang bener banget, walaupun terdengar agak hippie haha. Secara tidak langsung, dengan traveling kita juga belajar untuk mengenal diri kita sendiri.

Feeling so small compared to this huge rock

Beberapa hari yang lalu, aku sempat membaca beberapa travel blogger perempuan yang memulai untuk traveling di umur 40-an tahun. Semua dari mereka berkata bahwa mereka mendapatkan banyak pengalaman baru. Sambari membaca, aku merasa terinspirasi dengan cerita mereka.

Dan betul, dari traveling aku belajar banyak hal yang tidak diajarkan selama sekolah maupun kuliah. Basicnya sendiri adalah “Learning by Doing” atau melakukan sesuatu sambil belajar, beberapa pelajaran yang aku dapatkan ketika traveling:

  • Menambah kepercayaan diri: Karena ketika nyasar sewaktu traveling dan tidak ada sinyal, mau tidak mau aku harus berani bertanya ke warlok alias warga lokal haha. 
  • Belajar untuk “Trusting Your Gut Feeling”: Jadi kita bisa lebih mengerti tentang bagaimana cara traveling “smart and safe”. Oh, kita juga belajar untuk bisa tegas bilang “Tidak”, karena kita para perempuan sering tidak enak-kan untuk menolak.
  • Belajar untuk Stay in the Present: So,  let all the stress go away and enjoy the moment.
Hitch-Hiking di Taiwan Timur bareng Faye, perempuan asal Inggris yang aku baru aku kenal 3 hari

Overall

Blogpost kali ini memang menarik sekali untuk dibahas lebih dalam (walaupun aku bahasnnya kemana-mana ya haha). Anyway, intinya yang mau aku tuangkan disini adalah kita sebagai perempuan jangan sampai berfikir kalau kita tidak bisa menikmati traveling, kalau kita mau, pasti kita bisa. The world is so big and is waiting for you to be explored ❤️

Apa kalian ada pengalaman tentang topik perempuan dan dunia traveling? Jangan lupa untuk tulis dibawah ya 🙂

Terima kasih sudah membaca random thought post ini sampai selesai. Semoga bisa memberikan ide-ide yang baru untuk memahami tentang traveling lebih dalamKalau mungkin ada pertanyaan ataupun ingin comment bisa ditulis dikolom bawah. I appreciate all your thoughts and I’ll gladly answer. Cheers! 💕

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Related Articles

This Post Has 16 Comments

  1. Hai kak Aqma, salam kenal.. Di pandemi gini, waktu baca postingan ini jadi flashback.. dulu pas jauh dari rumah dan orang tua (lagi merantau) aku suka curi-curi waktu untuk travelling. Tujuannya sih sebenernya nyari pantai. Bener banget kalau dibilang travelling itu membantu kita memahami dunia luar.

    Tapi masih banyak persepsi kalau wanita nggak aman kalau solo-travelling, jadi izin untuk berpergian belum ada. Padahal ingin banget aku bisa travelling sendiri. Semoga rencana solo travelingku bisa kesampean kayak kakak ya. Hehe

    1. Hai Ibel, salam kenal juga 🙂

      Ah kita saman dong..aku juga jadi flashback sewaktu nulis blog ini haha. Dan kita samaan juga dulu curi” waktu sewaktu ngerantau 🙈

      Iya, bener banget soal keselamatan ketika traveling diluar sana sebagai perempuan.. memang harus selalu hati”. Aku dulu kalau pas traveling sendiri pasti akan berkabar, biasanya ksemangate tante atau adek, dan akan selalu update perjalanan.
      Aaamiin… semangat solo travelnya 🙂

  2. Setuju banget sih kak!! Pokoknya buat semuanya wajib banget traveling! Mau sama temen atau sendirian juga wajib dicoba. Karna pasti ada kejadian yg bisa membuka mata dan pikirkan kita. Emang klise sih, tapi itu beneran learn by doing. Haha. Jadi nggak sabar mau traveling lagi setelah virus ini🌸

    1. Hi Ichaa 🙂
      Ah terima kasih sudah membaca 💕
      Dari traveling tu kita emang bisa belajar untuk membuka diri dan belajar dari lingkungan sekitar.. aa samaa, iya nih aku juga ngga sabar pengen keluyuran abis corona ini

  3. Hi Aqma, salam kenal 😉
    Nice post! Setuju banget. yang pasti traveling gak cuma memanjakan mata, tp juga jiwa dan pikiran.

    1. Hi Rosa, salam kenal juga ☺️
      Terima kasih mba sudah mampir dan membaca 💕
      Refresh pikiran itu memang yang paling penting sih.. biar ngga stress hehe

  4. Ngomongin traveling aku jarang mba, dunno why aku lebih suka menjadikan kamar sebagai tempat berhibernasi untuk bertahan hidup kala stress melanda hahaha, nggak asik banget hidupku emang 🙈🙈

    Tapi jujur dalam hati terdalam pengeeen haha, karena aku anak pantai kali ya, kalau capek ngamar alias rebahan aku bakal main layangan di pantai rasanya sejuta, stress mah lansung mundur wkwk. Sebenarnya aku punya lho list tempat-tempat yang harus aku kunjungi sekali seumur hidup yaitu Capadoccia di Turkey pengen naik balloon air-nya sama ke museum Guggenheim di Spanyol gara-gara teracuni sama om Dan Brown, haha. Semoga one day bisa terwujud.

    Terus mba yang aku suka dari travel blogger melalui tulisan mereka aku bisa tahu dan melihat dunia-dunia yang belum pernah aku lihat sebelumnya, seperti pengalaman mba berkuda di Aussie dan jalan-jalan lainnya. Tulisan mereka juga menumbuhkan harapan baru buat aku, bahwa punya mimpi jalan-jalan ke luar negeri itu normal dan nggak ketinggian, karena mostly teman-teman perempuan aku selalu memandang mimpi aku buat melanjutkan sekolah di Norway dan memulai hidup baru di Eropa itu ketinggian hahaha. Yep, aku pengen banget tinggal di Eropa mbaaa, yaahhhh kok curcol sih aku hahaha.

    Betewe thank you mba Aqma atas tulisannya ❤❤

    1. Terima kasih sudah membaca Soviaa 💕

      Ah aku juga suka main layangan ah jadi pengeeeen haha.. seru ya layangan sampe rambutnya merah-merah jadi inget waktu kecil dulu panas-panasan layangan di sawah belakang rumah 😂

      Oiya, jangan digubris temen-temen kamu Sov.. kita bermimpi kok dilarang, duh apalagi kalau mimpi ke luar negeri ataupun mencari Ilmu.. I believe you can do it!!
      Menurutku mimpi itu seperti kita bermanifestasi, dan manifestasi itu juga salah satu proses untuk membuat mimpi kita menjadi kenyataan 💕 fyi, aku juga bermimpi untuk mengunjungi Norway suatu hari nanti.. see, mari berjuang bersama ☺️

  5. Hai Aqma. Saya sendiri keluar dari zona nyaman itu pas dulu milih kuliah jauh dari orang tua. Terus pas kuliah, cobain kegiatan yang gak pernah sama sekali saya lakuin sampai akhirnya saya sadar, kebahagiaan datang karena kita mau. Dan pas baca tulisan saya malah sadar, saya lebih suka diri saya pas traveling ketimbang pas lagi kerja wakakakak.

    1. Wii senangnya mbak Justin mampir ke blog aku. Your blog is such an inspiration!

      Sama mbak haha, aku dulu juga milih untuk kuliah jauh dari orang tua. Itupun baru ditahun ke-4 setelah skripsian, aku baru menyukai traveling haha.

      Dan aku setuju banget kalau kayaknya kita memang pastinya lebih bahagia ketika exploring dari pada di kantor ya mbak hahaha

  6. Perempuan traveling itu bisa jadi hal brasa, dan bisa juga jadi hal yang khusus. Dan memang ada elemen “fear”nya yang harus dipertimbangkan…. karenanya solo traveler dan perempuan… nah itu sangat special!
    Well done you for braving yourself! (y)

    1. Hai Nina!
      Ah terima kasih mbak sudah mau mampir dan membaca 💕

      Iya bener banget, kita sebagai perempuan memang harus extra hati-hati apalagi kalau solo traveling. Tapi jangan sampai ketakutan itu memupuskan keinginan kita untuk traveling ☺️

  7. To be honest, salah satu hal yang saya sesali sekarang adalah, mengapa dulu saya penakut banget hahaha.
    Mungkin juga karena dulu yang namanya informasi itu masih jarang, jadi saya tetep aja dalam dunia introvert yang takut ke mana-mana sendirian.
    Even mau kerja, saya selalu minta ditemanin orang kantor 😀

  8. aku setuju mah sama semua yang ditulis disini, setuju pake banget
    orang tua aku aja kayaknya juga nggak tau aku punya blog, mungkin kalau saudara sepupu ada yang tau
    pasti yang namanya awal awal traveling pernah muncul rasa ketakutan, aku juga pernah begitu, apalagi kalau jalan sendiri. nggak dipungkiri juga kadang sebelum berangkat sampe mikir, kira kira nanti disana gampang ga ya nemuin angkotnya, nanti ini itu ga ya, tapi kalau dipikir terus nggak bakalan berangkat dan nggak ada pengalaman buat diri sendiri

    1. Makasih mbak Ainun sudah mampir membaca 💕

      hmm harus hati-hati mbak, kadang rencana berubah jadi wacana 🙈 kadang rasa deg-deg an itulah yang membuat perjalanannya ngga terlupakan, saking keseringan deg-deg an haha… asalkan sudah ada niat, percaya diri, dan selalu hati-hati, cuss laksanakan 😂 let the journey surprises you 💕

Leave a Reply

Hello! 💛

Travel Blogger

I’m a fan of traveling and taking pictures along the way, including that feeling of waking up in difference places and getting the excitement of talking to other people about their travel stories, or just simply enjoying the moment.

Marina

Instagram
Popular Stories
Let's Explore!
Community
Ads
Close Menu